Selasa, 20 Januari 2009

AGRESI MILITER ISRAEL, INTERVENSI AMERIKA DAN KRISIS MORAL PEMIMPIN NEGARA- NEGARA ISLAM: Sebuah Refleksi Bagi Dunia Muslim di Tahun baru Hijriah

By: RAUDLAH EL-JANNAH RAHEEM S.Pd.I

Tepat tanggal 28 desember 2008 lalu, kaum muslimin memperingati tahun baru hijriah. Berbeda dengan perayaan tahun baru masehi yang latah dan identik dengan pesta kembang api yang meriah, tahun baru hijriah kali ini, justeru kaum muslimin mendapat kado yang mengejutkan, menarik sekaligus memprihatinkan ; pasukan zionis Israel menyerang gaza, palestina. Menarik, karena dengan kado dari zionis yahudi itu, rasa persatuan dan persaudaraan sesama muslim di uji, dan memprihatinkan, karena ratusan nyawa saudara kita sesama muslim yang tak berdaya melayang sia-sia. Data terakhir dari media menyebutkan, korban tewas dari pihak palestina telah mencapai 1200 orang yang sebagian besarnya adalah warga sipil dan anak-anak serta ribuan orang lainnya luka-luka.
Palestina, bukanlah Negara yang asing bagi umat islam, karena sejarah menceritakan bahwa disanalah terdapat qiblat pertama kaum muslim, yaitu Masjidil Aqsha, yang saat ini berada dalam kekuasaan zionis Israel dan juga tempat dimana disinggahi nabi Muhammad saw tepat saat malam beliau ber Isra’ Mi’raj (al-Israa’:1). Karena itu tidak heran jika Palestina merupakan Negara yang memiliki kedekatan historis dengan umat islam. Dan ketika Negara tersebut ditindas dengan semena-mena oleh zionis Israel, sewajarnya lah jika sebagai umat islam kita merasa terpanggil untuk membela saudara kita yang jauh disana.
Konflik antara Israel dan palestina sebenarnya bukanlah hal yang baru, melainkan telah berlangsung selama kurang lebih 232 tahun. Tepatnya ketika pada 1 mei 1776 Yahudi Israel mengumumkan berdirinya zionis internasional. Sejarah mencatat bahwa selama puluhan bahkan ratusan tahun Israel adalah bangsa yang terusir. Mereka tidak memiliki Negara, dan ketika mereka bersatu membentuk organisasi zionis internasional dan memproklamirkan berdirinya Negara yahudi Israel, mereka telah mencanangkan untuk mencaplok Tanah Palestina dan mengusir warga Palestina dari tanah intifadha itu. Dan tepat pada 15 mei 1948 berdirilah Negara yahudi Israel. Berdirinya Negara yahudi Israel mengundang banyak kontroversi. Terutama dari Negara-negara islam di Timur Tengah. Akan tetapi, dalam perjalanannya, dukungan penuh Negara yang mengklaim dirinya Super Power nan Adi Daya yaitu Amerika, membuat Israel penuh percaya diri menancapkan taringnya di bumi Palestina.
Konflik antara Israel dan Palestina sebagaimana yang terjadi di seluruh Negara-negara islam lainnya yang terlibat konflik baik internal maupun eksternal, Amerika selalu berada di balik agresi-agresi ke Negara Negara islam itu. tentu masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana pada tahun 2000 lalu, amerika berhasil menumbangkan pemerintahan islam Taliban di Afghanistan, dalam pandangan Amerika yang memuja demokrasi ( tapi juga menjadi penghancur demokrasi di Negara orang lain ), Taliban yang berhasil memenangkan pemilihan umum dan memegang kepemimpinan di Afghanistan dan menjalankan pemerintahan dengan dasar keislaman, Taliban telah memasung demokrasi dan memenjarakan hak asasi manusia, itu dalam pandangan Amerika. Yang sebenarnya, itu hanyalah alasan klise Amerika dalam rangka mencari pembenaran dan pembelaan dunia Internasional atas agresinya ke Afghanistan dan menggulingkan kepemimpinan Taliban dengan menggantinya dengan kepemimpinan baru yang lebih liberal dan tentu saja, yang pro Amerika pastinya. Satu hal yang juga perlu kita ketahui tentang kehancuran Afghanistan adalah keterlibatan Pakistan yang membantu Amerika dalam menghadapi medan yang sulit dan menyulitkan pasukan Amerika mencari tempat persembunyian dan menghadapi taktik gerilya pasukan Taliban. Pasukan Amerika yang tidak menguasai daerah/ medan di wilayah Afghanistan yang berupa gurun dan hutan/pegunungan kesulitan menghadapi pasukan Taliban, sehingga mereka meminta Pakistan untuk membantu dengan iming-iming dan ancaman. Karena khawatir kekuasaan dan Negaranya terkena masalah, pemerintah Pakistan bersedia membantu Amerika dengan imbalan 100.000 dollar Amerika setiap tahunnya (sumber: Kompas). Dan sampai saat ini Pakistan masih menerima imbalan itu karena masih menjaga hubungan baik dengan Amerika.
Bukti lain agresi Amerika dalam rangka menghancurkan Negara-negara islam yang potensial adalah agresi Amerika pada Maret 2003 lalu ke Negara Seribu Satu Malam yang dipimpin Saddam Husein yaitu Irak. Dengan alasan bahwa Irak dibawah pemerintahan Saddam Husein dictator dan mengembangkan senjata pemusnah massal (Weapons Mass Destruction), Amerika memuluskan langkahnya untuk menghancurkan Irak, meskipun sampai saat ini, setelah Negara Irak hancur dan Saddam Husein tertangkap dan dihukum mati dengan cara yang sangat tidak terhormat, alasan bahwa Irak mengembangkan senjata pemusnah massal tidak terbukti, toh Amerika tetap tidak juga bersedia beranjak dan membiarkan Irak independent dan membangun negaranya sendiri. Amerika emoh dan merasa sayang untuk melepaskan mangsanya yang telah porak poranda itu karena tertarik dengan kekayaan alam yaitu sumber minyak di Negara seribu Satu Malam yang pernah menjadi pusat peradaban islam di jaman khalifah Abbasiyah Harun ar-Rasyid itu. kali ini, sekali lagi untuk mencari pembenaran di mata internasional atas tindakannya, Amerika mengumumkan kepada dunia bahwa pasukannya tidak akan beranjak dari Negara Irak karena Amerika merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Irak pasca perang dan bertanggung jawab atas perbaikan politik maupun infrastruktur di Irak pasca agresinya. Apa yang dilakukan Amerika atas Irak dan Saddam Husein adalah sikap yang ambigu dan menunjukkan politik kepentingan semata, mengingat pada perang teluk tahun 1990 silam, dibawah kepemimpinan Bush senior Amerika merupakan sekutu setia Irak dalam melawan Kuwait.
Dan saat ini, dimasa transisi kepemimpinan dari presiden lama ke presiden yang baru terpilih, Amerika kembali menjadi backing dan sekutu setia atas agresi Israel ke tanah intifadha Palestina. Sesungguhnya, keberanian Israel melancarkan agresinya ke Palestina tanpa menghiraukan kecaman dunia internasional bahkan sampai berani mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB pun adalah karena dia merasa besar kepala atas dukungan dan bantuan penuh dari Negara Adi Daya yang mencap dirinya sebagai polisi dunia itu. ada yang menarik yang perlu kita perhatikan disini. Israel melancarkan agresi ke palestina tepat pada tanggal 28 desember lalu, pada saat umat islam merayakan tahun baru Hijriah dan juga tepat di masa transisi kepemimpinan presiden Amerika. Masa transisi kepemimpinan, inilah yang perlu kita perhatikan, kenapa Israel berani dan nekat melancarkan agresi besar-besaran tanpa menghiraukan kecaman dunia internasional bahkan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB pada saat transisi kepemimpinan presiden Amerika yang akan berlangsung tanggal 20 januari 2009 mendatang? Jawabannya adalah karena transisi kepemimpinan itu mengancam posisi Israel. Sebagaimana kita ketahui, dalam dunia perpolitikan, transisi kepemimpinan yang merupakan pergantian pemimpin lama ke pemimpin baru merupakan juga transisi atau pergantian kebijakan. Amerika dibawah kepemimpinan presiden Bush junior yang kebijakannya selalu memberi angin segar dan suntikan baik dana maupun senjata ke Israel dalam agresi-agresinya ke Palestina. Sedangkan presiden Amerika Serikat terpilih yang baru adalah seorang afro Amerika yang kebijakan politiknya kemungkinan besar (kalau tidak bisa dipastikan) berbeda dengan kebijakan politik Bush junior. Terutama menyangkut kebijakan politik luar negerinya. Walau belum resmi di lantik, akan tetapi dipastikan Barrack Obama, sebagai politik balas budi, akan memilih Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri Amerika menggantikan condollezza rice. Dan bisa jadi peta politik luar negeri Amerika terhadap kebijakan luar negerinya, khususnya Palestina kemungkinan besar berbeda seratus derajat (walau tidak 180 derajat) mengingat Hillary adalah ibu Negara Amerika pertama yang membela dan mendukung berdirinya Negara Palestina pada saat kepemimpinan suaminya presiden Bill Clinton. Alasan inilah yang menyebabkan Israel nekat melancarkan agresi besar-besaran ke palestina tanpa menghiraukan kecaman dunia internasional bahkan seruan PBB pun dianggap angin lalu, karena sebelum Bush junior lengser keprabon pada 20 januari 2009 nanti, Israel masih mendapat dukungan dan bantuan penuh dari Amerika. Dan Israel pandai memanfaatkan kesempatan terakhir ini tak peduli agresinya di mulai tepat pada saat umat islam memperingati tahun baru hijriah dan agresinya akan mengundang perhatian dunia.
Alasan lain keberanian Israel melancarkan agresi militernya ke Palestina tepat pada tahun baru hijriah lalu adalah karena Israel yakin bahwa tindakannya itu tidak akan membuat para pemimpin Negara-negara arab terusik dan bersatu membantu Palestina. Israel dan tentu saja Amerika sangat hafal bagaimana gaya pemimpin Negara-negara arab yang hanya mementingkan keselamatan dalam negerinya sendiri dan mencari aman terhadap kekuasaannya. Inilah yang oleh Ibnu Taimiyah (1263 M/661 H), seorang tokoh pembaharuan islam ternama di sebut sebagai politik salam munfarid (perdamaian egosentris). Politik yang sama yang di kedepankan Negara-negara arab pada saat menghadapi musuh (seperti Mesir saat menghadapi pasukan salib tahun 1097 M/491 H dan Irak saat menghadapi pasukan Tartar tahun 1258 M/656 H). Inilah sesungguhnya kelemahan terbesar dikalangan Negara-negara islam Arab, yaitu mereka tidak bersatu dan masa bodoh dengan keadaan sesama Negara-negara islam Arab lainnya. Dalam pandangan para pemimpin itu, selama negaranya sendiri (dalam negerinya sendiri) aman sejahtera, maka mereka merasa tak perlu ambil pusing dengan keadaan yang terjadi di negeri orang sekalipun itu di Negara yang memiliki ikatan emosional yang kuat atas dasar sesama muslim. Kelemahan yang nyata yang di pertunjukkan Negara-negara islam di timur tengah inilah yang juga menyebabkan Amerika tanpa khawatir menghancurkan Negara Irak, pusat peradaban islam dan negeri seribu satu malam kebanggaan umat islam dimasa lampau.
Apakah islam berada di ambang kehancuran dan benarkah Negara-negara islam adalah Negara yang lemah?? Jawabannya adalah tidak!. Bahkan Negara-negara islam khususnya di timur tengah adalah Negara-negara yang sangat kuat dan sangat potensial untuk memegang peradaban masa depan. Islam dan Negara-negara islam menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan sangat pesat baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemajuan peradaban. Hal inilah yang ditakutkan Negara- Negara Eropa terutama Negara Amerika, sehingga Amerika berambisi untuk menghancurkan setiap Negara islam yang perkembangannya di anggap mengkhawatirkan dan mengancam keberadaan Amerika sebagai Negara adi kuasa berjuluk polisi dunia. Bukti nyata bahwa Negara-negara islam di timur tengah adalah Negara yang kuat adalah Amerika tidak pernah berani menyerang Negara islam sendirian. Laksana seorang pengecut, Amerika hanya berani main keroyokan. Walaupun berjuluk Negara Super Power nan adi daya, sebenarnya Amerika tidak lebih dari seekor harimau tanpa taring. Ini terlihat jelas ketika Amerika menyerang Negara Afghanistan maupun Irak. Afghanistan yang hanya merupakan Negara berkembang dengan keterbatasan teknologi, hanya seorang diri menghadapi serangan Amerika yang dengan segala kecanggihan teknologi yang dimilikinya, masih membutuhkan sekutu-sekutu seperti Inggris dan Australia untuk menghadapi pasukan Taliban Afghanistan. Begitu juga kita dapat melihat sikap pengecut Amerika dalam menghadapi Irak, Irak hanya seorang diri tanpa bantuan Negara-negara timur tengah lainnya yang memang agak sentiment dengan Negara Irak yang selalu berusaha menjadi penguasa di timur tengah, sedangkan Amerika, membutuhkan bantuan begitu banyak sekutu seperti Inggris, Australia, Korea selatan, bahkan Jepang dalam menghadapi Irak. Ini menunjukkan bahwa Amerika tak lebih dari harimau tanpa taring, terlihat garang tapi sesungguhnya tak punya kekuatan dan kepercayaan diri dalam menghadapi musuhnya. Karena itu, kekalahan Negara-negara islam seperti Afghanistan dan Irak bukan karena menandakan kelemahan Negara- Negara tersebut, melainkan karena ketidak seimbangan kekuatan akibat musuhnya main keroyokan. Dan hal ini bisa kita terima secara rasional.
Karena itu, apabila para pemimpin Negara-negara islam di timur tengah masih bersikap acuh tak acuh dan mengedepankan politik salam munfarid (perdamaian egosentris) negaranya sendiri, hal itu akan memberi angin segar dan keleluasaan bagi Negara barat terutama Amerika untuk menghancurkan Negara-negara islam timur tengah. Akan ada Irak-Irak selanjutnya yang menanti kehancurannya dikarenakan para pemimpin mereka tidak bersatu dan hanya sibuk dengan keselamatan dalam negerinya sendiri tanpa peduli bahwa saudaranya sesama muslim tertindas dan butuh pembelaan. Akan tetapi, apabila para pemimpin Negara- Negara islam itu bersatu dan menunjukkan sikap peduli terhadap Negara Negara islam arab lainnya dengan aksi nyata, maka hal itu akan menjadi pukulan telak bagi musuh-musuh islam yang menginginkan kehancurannya. Negara seperti Israel maupun Amerika akan berpikir dua kali bahkan ribuan kali sebelum memutuskan untuk menyerang Negara- Negara islam di timur tengah. Dan andaikan itu yang terjadi, tentu nasib Irak maupun Palestina tidak seperti yang sekarang kita saksikan. Dan semoga di tahun baru hijriah ini, dengan kado tahun baru hijriah Israel pada Palestina yang berupa penderitaan, membuka mata Negara- Negara timur tengah khususnya para pemimpin mereka, bahwa ada satu hal yang mempersatukan mereka walaupun berbeda Negara, dan ada satu hal yang mempersaudarakan mereka walaupun bukan berasal dari satu keluarga, hal itu adalah Islam, agama yang lebih dari lima belas abad yang lalu dibawa oleh nabi Muhammad saw bukan hanya untuk orang arab dan Negara timur tengah, melainkan untuk seluruh umat manusia dan alam semesta.

0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008