Jumat, 22 Agustus 2008

MEMBINA DIRI MEMBENTUK PERNIKAHAN SUCI

By: Taman_Surga

Sahabat, setiap kita tentu memiliki keinginan untuk menikah bukan? Walau setiap orang memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda tentang kapan mereka siap untuk menikah. Sesungguhnya, tentang kesiapan pernikahan itu sendiri, memang hanya pribadi kita masing-masing yang mengetahuinya, karena kesiapan pernikahan bukan hanya mencakup kesiapan materi saja, melainkan juga keadaan mental dan kondisi fisik serta psikologis kita sebagai manusia dewasa. Karena itu, hukum menikah juga dapat berbeda pada setiap orang tergantung kondisi dan keadaan orang tersebut.

Menikah, hukum asalnya adalah mubah, yaitu suatu hal yang diperbolehkan oleh agama untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Kemudian menikah juga bisa berhukum sunnah, manakala kita secara fisik, mental maupun materi telah siap untuk menikah dan kita melakukannya dengan niat ibadah, untuk mengikuti sunnah Rasul dan untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan seperti zina. Menikah dapat berhukum haram, tatkala menikah dilakukan dengan niat untuk menyakiti pasangannya. Begitu pula menikah menjadi wajib, ketika seseorang secara fisik dan mental telah siap menikah, sedangkan kalau dia tidak menikah bisa menimbulkan kemadhorotan bagi dirinya dan lingkungannya, misalnya dia orang yang tidak bisa menahan nafsunya sehingga kalau tidak menikah dia akan terjerumus pada perzinahan. Orang dengan keadaan seperti ini, menikah menjadi wajib baginya meskipun secara materi dia belum mencukupi/belum siap. Seringkali kita mendapati seorang pemuda yang telah mencapai usia cukup untuk menikah, tetapi dia belum mau menikah, dan lebih memilih pacaran dengan alasan belum “siap”. Tentu belum siap disini maksudnya adalah secara materi, karena secara mental ataupun kondisi kejiwaan dia telah siap untuk itu yang di tandai dengan hubungan pacaran dia dengan seseorang yang menandakan bahwa sesungguhnya dia membutuhkan seseorang untuk berbagi. Islam sendiri tidak mengenal alasan seperti ini. Allah swt telah berfirman dalam Al-qur’an:

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿النور:٣٢﴾

“ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (An-nur/24: 32)

Demikianlah janji Allah kepada hamba-Nya, selama kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah benar dan niat kita baik, yakinlah bahwa pertolongan Allah akan selalu datang kepada kita, dan janji Allah itu benar adanya.

Sahabat, ketahuilah, sesungguhnya menikah adalah perkara yang sunnah untuk di segerakan. Rasulullah saw, bersabda:

Allah melarang kamu tergesa-gesa kecuali dalam tiga hal: pertama memandikan dan menguburkan jenazah, kedua, membayar hutang dan ketiga menikah.

Nah, ketika kamu telah siap dan memiliki calon yang tepat, tunggu apa lagi? Segeralah lakukan ta’aruf dan meminta pertimbangan dari orang tua. Setelah semua selesai, jangan tunggu lebih lama untuk menentukan tanggal dan hari pernikahan. Bukankah niat baik harus segera di segerakan?

Satu hal yang mungkin sering kita lupakan, islam tidak mengenal istilah pacaran, ataupun tunangan, tetapi kita di perbolehkan untuk mengenal calon istri atau calon suami kita lewat ta’aruf. Ta’aruf adalah istilah yang dipakai dalam islam untuk sebuah proses perkenalan sebelum memasuki gerbang pernikahan. Ta’aruf tentu berbeda dengan pacaran. Ta’aruf dilakukan untuk mengenal calon pendamping hidup kita lebih jauh, dan ta’aruf tidak memerlukan waktu yang lama. Sedang pacaran tak ada kejelasan tujuan dan waktu tentang arah hubungan yang dijalin. Sehingga umumnya pacaran berlangsung dalam waktu yang lama dan ketika putus merasa tak ada beban apa-apa. Nah, pada saat ta’aruf inilah kesempatan kita untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan calon pendamping kita, selama ta’aruf, jangan malu untuk bertanya tentang apapun yang ingin kita ketahui, dan ta’aruf tidak terbatas pada calon pendamping hidup kita, kita juga dapat melakukan investigasi pada orang tuanya, pada keluarga dekatnya, pada tetangganya dan juga pada sahabat-sahabat terdekatnya.

Sahabat, pernikahan adalah suatu akad yang menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan dengan akad tersebut menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Pernikahan adalah suatu ikatan yang suci, yang di dalamnya merupakan ladang pahala bagi yang menjaga niatnya dan juga bisa jadi sumber dosa bagi yang tak menjaga hak-hak dan kewajiban masing-masing pasangannya. Allah swt. menyebut ikatan pernikahan sebagai mitsaqon ghalidhan, perjanjian yang kokoh; satu istilah yang hanya di pakai Allah untuk menggambarkan ikatan perjanjian antara Allah dan Rasul-Nya. Begitu kokohnya ikatan pernikahan itu, sehingga mampu mengguncang ‘arsy Allah ketika ikatan itu dicerai beraikan. Terbayang kan, betapa berat dan agungnya ikatan perjanjian pernikahan itu? Karena itu, sebelum menikah, alangkah baiknya kalau sebelum memutuskan untuk menikah, kita semua menata hati kita dulu dan memperbaiki niat kita. Untuk apa kita menikah?

Sahabat, Menikah menyempurnakan separuh agama, begitulah diantara sabda rasulullah saw. Akan tetapi tentu tidak semua pernikahan kita membawa kesempurnaan bagi kehidupan agama kita. Hanya ketika kita memilih pendamping hidup yang tepat lah kehidupan pernikahan kita akan membawa kesempurnaan pada kehidupan agama kita. Dan tidak jarang pula sebaliknya, kehidupan pernikahan yang baru kita bina mengurangi intensitas dan integritas ibadah kita. Karena itu, sebelum memutuskan untuk menentukan pilihan, alangkah baiknya kita menentukan kriteria calon pendamping hidup yang ideal untuk kita nantinya.

Ada lima kapasitas tentang kriteria calon pendamping hidup kita yang harus kita tetapkan, lima kapasitas tersebut merupakan lima dimensi yang perlu dibina terus menerus agar manusia mencapai status insan kamil, kelima dimensi inilah yang harus kita tetapkan harus ada pada calon pendamping hidup kita. Kelima dimensi tersebut adalah:

Pertama, dimensi ruhiyah (spiritual), misalnya, secara ruhiyah kita tetapkan calon pendamping kita adalah laki-laki atau perempuan yang selama 3 tahun terakhir tidak pernah tertinggal shalat berjama’ah di masjid, pandai mengaji dan rajin puasa baik puasa wajib maupun puasa sunnah. Kedua, dimensi Aqliyah (intelektual), misalnya, laki-laki yang nyambung diajak ngobrol oleh menteri sampai sopir bajaj. Ketiga, dimensi syu’uriyah (mental, emosional) misalnya, laki-laki yang lulus di uji daya tahan marahnya berkali-kali alias soaabaaar….tenan. keempat, dimensi jasadiyah (fisikal, raga), misalnya laki-laki yang kuat jalan kaki Bogor-Jakarta atau Gresik-Surabaya, tidak pernah di rawat di rumah sakit, dan tidak merokok. Kelima dimensi manfaat (keterampilan).

Sahabat, setiap kita mengharapkan, pernikahan kita hanya sekali seumur hidup, tetapi jarang sekali dari kita yang mengerti, bagaimana cara menjaga agar pernikahan kita nantinya bisa berjalan dengan langgeng hingga maut memisahkan. Sehidup semati, begitu pameo yang kita semua dengar tentang arti sebuah kesetiaan. Tapi itu dulu, seiring berlalunya waktu, pameo itu mengalami perubahan makna; sehidup semati, yang satu hidup yang satu mati, begitu kira-kira makna bebas pameo itu sekarang. Karena itu, tak cukup kita berdo’a kepada Allah memohon pasangan sehidup semati, tetapi juga pasangan dunia akhirat. Alangkah bahagianya kita ketika kelak di surga dapat kembali berkumpul dengan belahan jiwa kita.

Sahabat, yakinlah, tiap kita diciptakan berpasang-pasangan, berapapun usia kita saat ini, calon pendamping hidup kita sudah ada, somewhere. Allah sang pemilik cinta masih menahannya bertemu dengan kita, untuk menilai dua hal dalam diri kita: pertama, apa saja langkah yang kita lakukan untuk sampai bertemu dan mengikat ikrar dengannya. Apakah langkah-langkah itu sejalan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, atau cara-cara seenak udel kita sendiri, sambil mengutip kiat-kiat yang tak jelas dasarnya dari tabloid infotainment? Kedua, Allah akan menilai bagaimana kita menjalankan cara dan langkah-langkah yang baik itu, apakah dengan cara yang baik, sabar, dan selalu kontak dengan Allah, ataukah dengan cara yang jumawa, merasa semua urusan bisa diselesaikan dengan akal kita yang cerdas, atau kemampuan gaul kita yang luas dan luwes?.

Penilaian Allah pada kedua hal tersebut akan menentukan pasangan seperti apa yang akan kita dapatkan nantinya. Jadi makna kalimat “jodoh di tangan Allah” itu pemahamannya harus dipertajam. Bukan sosok satu orangnya yang sudah ditentukan untuk kita, melainkan, kualitas dan cara kita menemukannya lah yang membawa kita pada ketentuan siapa kandidat calon pendamping hidup kita nantinya. Allah swt. Berfirman:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُوْلَئِكَ مُبَرَّؤُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿النور:٢٦﴾

“wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka(yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia(surga).” (An-nur/24:26)

Begitulah, kata Al-qur’an, pezina untuk pezina, shalihin untuk shalihat, musyrikin untuk musyrikat. Kalau kita cari jodoh di diskotik ya dapatnya dancer, cari jodoh di pasar ya dapatnya pedagang, cari di tempat pesta ya ketemunya party goer, cari di masjid ya ketemunya ahli ibadah. Ssssttt…., cara ketemunya dan niat kita juga menentukan lho, bisa saja misalnya kita cari di masjid, tapi karena cara dan niat kita salah, alih-alih dapat pendamping hidup yang sholeh, bisa-bisa yang di dapat malah maling sandal..!! hehe…..so, masih punya pikiran untuk menunda-nunda pernikahan??? Keciaan deh loo…… (Jakarta,17 agustus 2008 )

(http://eljannahraheem.blogspot.com)

0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008